JAKARTA - Harga bahan pangan di Kota Jogja kembali menunjukkan dinamika signifikan. Pantauan terbaru terhadap Sembilan Bahan Pokok (Sembako) mengungkapkan adanya perubahan harga pada beberapa komoditas penting, yang menjadi perhatian bagi konsumen dan pedagang. Fluktuasi ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap faktor produksi, distribusi, dan permintaan masyarakat.
Salah satu komoditas yang mengalami kenaikan paling mencolok adalah cabai merah besar. Dari data terbaru, harga cabai merah besar kini mencapai Rp 34.286 per kilogram, naik dari posisi sebelumnya Rp 32.857. Kenaikan ini menandai harga tertinggi sejak awal bulan. Sementara itu, cabai rawit merah juga mengalami lonjakan signifikan, dari Rp 24.857 menjadi Rp 27.714 per kilogram, level tertinggi dalam dua minggu terakhir setelah sempat anjlok ke angka Rp 21 ribuan per kilogram.
Cabai menjadi perhatian karena komoditas ini tidak hanya digunakan sebagai bumbu dapur utama, tetapi juga memiliki sifat rentan terhadap kondisi alam. Misalnya, saat musim hujan, cabai rawit dan cabai merah besar berpotensi gagal panen akibat busuk atau serangan hama. Penurunan produksi sementara waktu, bersamaan dengan permintaan yang tetap tinggi, mendorong harga melambung. Sebaliknya, saat musim kemarau atau panen melimpah, harga cenderung menurun karena pasokan mencukupi.
Selain cabai, beberapa komoditas lain juga menunjukkan pergerakan harga. Ikan tongkol tercatat naik dari Rp 34.333 menjadi Rp 34.500 per kilogram, sedangkan ikan bandeng mengalami kenaikan tipis dari Rp 41.000 menjadi Rp 41.167 per kilogram. Sementara itu, bawang putih bonggol turun menjadi Rp 29.857 per kilogram, dan bawang merah mengalami penurunan dari Rp 33.429 menjadi Rp 32.714 per kilogram.
Di sisi lain, beberapa bahan pokok tetap stabil. Data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) menunjukkan bahwa harga beras, gula, dan minyak goreng relatif tidak berubah dibandingkan hari sebelumnya, memberikan sedikit ketenangan bagi konsumen yang ingin merencanakan belanjaan. Namun, tetap ada perbedaan harga di lapangan karena disparitas antara pasokan di pasar tradisional dan harga rujukan pemerintah.
Kondisi ini menegaskan bahwa harga sembako dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara umum, fluktuasi harga dapat ditelusuri melalui tiga elemen utama: produksi, distribusi, dan jumlah pedagang. Faktor produksi berperan besar dalam menentukan ketersediaan bahan pokok. Jika permintaan tinggi tetapi pasokan rendah, harga otomatis naik. Sebaliknya, jika produksi melimpah sementara permintaan stagnan, harga turun.
Distribusi juga memengaruhi harga akhir yang diterima konsumen. Proses yang panjang, kompleks, atau terbatas infrastruktur transportasi dapat membuat harga bahan pangan meningkat. Misalnya, pengiriman cabai dari sentra produksi ke kota-kota besar dapat memerlukan waktu dan biaya ekstra, yang turut tercermin pada harga jual.
Jumlah pedagang di pasar juga berperan penting. Kompetisi yang sehat antarpedagang biasanya membuat harga mendekati normal. Namun, jika hanya ada sedikit pedagang atau pasokan terbatas, harga bisa melonjak ekstrem sesuai kebijakan penjual.
Berbagai pihak mengamati perkembangan ini dengan cermat, termasuk konsumen, pedagang, dan pemerintah. Badan Pangan Nasional (Bapanas) rutin memantau harga sembako, sementara BI melalui PIHPS menyediakan data harga yang menjadi acuan untuk stabilisasi pasar. Meski demikian, harga di lapangan tetap bisa berbeda karena variasi kualitas barang, lokasi penjualan, dan waktu pembelian.
Secara rinci, harga beberapa komoditas penting di Jogja antara lain:
-Beras premium: Rp 14.500/kg
-Beras medium: Rp 12.833/kg
-Beras SPHP: Rp 12.500/kg
-Kedelai biji kering: Rp 9.200/kg
-Bawang merah: Rp 32.714/kg
-Bawang putih: Rp 29.857/kg
-Cabai merah keriting: Rp 36.857/kg
-Cabai merah besar: Rp 34.286/kg
-Cabai rawit merah: Rp 27.714/kg
-Daging sapi murni: Rp 135.000/kg
-Daging ayam ras: Rp 34.000/kg
-Telur ayam ras: Rp 26.438/kg
Gula konsumsi: Rp 17.050/kg
-Minyak goreng kemasan: Rp 18.600/liter
-Minyak goreng curah: Rp 17.083/liter
-Tepung terigu curah: Rp 9.000/kg
-Garam konsumsi: Rp 11.625/kg
-Ikan kembung: Rp 37.833/kg
-Ikan tongkol: Rp 34.500/kg
-Ikan bandeng: Rp 41.167/kg
Perubahan harga yang terjadi di Jogja ini bukan fenomena unik, melainkan bagian dari dinamika pasar pangan nasional. Ketidakseimbangan antara permintaan yang terus meningkat dan ketidakpastian pasokan akibat faktor alam menjadikan harga sembako selalu bergerak. Hal ini juga menunjukkan pentingnya pengawasan pasar dan dukungan dari pemerintah untuk menjaga stabilitas harga, misalnya melalui cadangan pangan dan distribusi yang merata.
Bagi konsumen, memahami penyebab fluktuasi harga dapat membantu merencanakan belanja dengan lebih bijak. Sementara bagi pedagang, strategi stok, perencanaan pasokan, dan efisiensi distribusi menjadi kunci agar tetap mampu menjual dengan harga wajar tanpa merugikan masyarakat.
Dengan pemantauan yang cermat dan pemahaman terhadap faktor penyebab kenaikan maupun penurunan harga, diharapkan masyarakat bisa lebih siap menghadapi perubahan harga sembako, terutama komoditas yang sensitif seperti cabai dan ikan.