Petani

Setelah Sempat Anjlok, Harga Gabah Jombang Kini Mulai Stabil Naik

Setelah Sempat Anjlok, Harga Gabah Jombang Kini Mulai Stabil Naik
Setelah Sempat Anjlok, Harga Gabah Jombang Kini Mulai Stabil Naik

JAKARTA - Kabar menggembirakan datang dari para petani di Kabupaten Jombang. Setelah sempat merosot pada pertengahan Agustus, harga gabah kini kembali mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kabar baik ini membuat banyak petani tersenyum lega karena hasil panen mereka kini memiliki nilai jual lebih baik.

Di tingkat petani, harga gabah saat ini berada di kisaran Rp7.400 hingga Rp7.500 per kilogram. Sementara di tingkat penggilingan atau tengkulak, harga Gabah Kering Sawah (GKS) sudah menembus Rp7.700 per kilogram. Angka tersebut tentu menjadi sinyal positif setelah sebelumnya harga sempat jatuh cukup tajam.

Rokhim, seorang petani asal Dusun Kedungmacan, Desa Kedungbetik, Kecamatan Kesamben, mengungkapkan bahwa saat ini panen di wilayahnya sedang berlangsung. Menurutnya, wilayah Kesamben memang biasanya menjadi daerah yang panennya paling akhir dibandingkan daerah lain di Jombang.

“Panen sudah mulai, tapi belum selesai. Biasanya Kesamben memang panen paling akhir di Jombang. Puncaknya bulan September ini,” kata Rokhim.

Kualitas gabah hasil panen kali ini dinilai cukup baik. Dengan kenaikan harga yang terjadi, petani merasa cukup diuntungkan meski masih ada sejumlah biaya tambahan yang perlu mereka tanggung.

“Dari sawah sekarang Rp7.400 sampai Rp7.500 per kilogram, tapi itu belum termasuk sewa mesin dan biaya angkut,” tambah Rokhim.

Meski begitu, biaya panen dengan mesin combine harvester masih cukup membebani petani. Ia menjelaskan, “Sewanya Rp250 ribu per 100 banon (luas sekitar 1.400 meter persegi). Sekarang musim kemarau agak murah, kalau musim hujan lebih mahal karena sawah becek.”

Rokhim pun merasa bersyukur karena harga gabah kini kembali pulih setelah sempat anjlok tajam. Menurutnya, sebelum dan sesudah 17 Agustus, harga gabah pernah terjun hingga Rp6.200 per kilogram. Namun, beberapa hari kemudian harga mulai merangkak naik kembali.

”Sebelum dan sesudah 17 Agustus itu sempat anjlok ke Rp6.200 per kilogram. Tapi 5-7 hari kemudian mulai naik lagi,” jelasnya.

Walau harga sudah lebih baik, para petani tetap berharap harga gabah dapat meningkat lebih tinggi lagi, seiring dengan naiknya harga beras di pasaran.

“Karena harga beras eceran di toko-toko di sini sekarang sudah Rp13.000 per kilogram untuk kualitas medium. Harapannya harga gabah juga bisa menyesuaikan,” ujar Rokhim.

Senada dengan hal tersebut, Ketua Perpadi (Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia) Jombang, M. Soleh, juga membenarkan adanya kenaikan harga gabah dalam beberapa hari terakhir.

”Hari ini harga GKS dari tengkulak sudah Rp7.500 sampai Rp7.700 per kilogram. Di tingkat petani sekitar Rp7.400 sampai Rp7.500,” ujar Soleh.

Menurutnya, kenaikan harga gabah tersebut salah satunya dipengaruhi oleh penyesuaian Harga Eceran Tertinggi (HET) beras medium yang ditetapkan pemerintah.

”Awalnya HET beras medium Rp12.500 per kilogram, sekarang naik menjadi Rp13.500 per kilogram untuk Zona A, termasuk Jombang dan wilayah Jawa Timur,” jelasnya.

Dengan adanya penyesuaian HET, harga gabah ikut terdongkrak. Soleh mencatat, sebelumnya harga sempat turun di kisaran Rp6.500 per kilogram selama sekitar satu minggu. Kini, dengan harga gabah yang meningkat, baik petani maupun pelaku usaha penggilingan bisa sedikit lebih lega.

”Semoga pemerintah terus menjaga keseimbangan harga dan distribusi agar tidak merugikan petani maupun konsumen,” kata Soleh.

Ia juga menilai bahwa kebijakan penyesuaian HET bisa memberikan keuntungan bagi pengusaha penggilingan padi skala menengah ke bawah.

”Karena harga premium tidak dinaikkan pemerintah. Bisa saja ada yang bermain di premium juga jerah, karena ada penegasan di situ. Asalkan, pemerintah juga ikut menyerap, jangan sampai banyak swasta yang menyerap,” tambahnya.

Situasi ini menunjukkan bahwa dinamika harga gabah dan beras saling berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah. Petani tentu menjadi pihak yang paling merasakan dampaknya secara langsung. Kenaikan harga gabah saat ini memang memberi harapan baru, tetapi kestabilan harga tetap menjadi faktor kunci agar petani tidak kembali dirugikan.

Dengan kondisi harga gabah yang mulai membaik, harapan petani untuk masa panen berikutnya semakin besar. Mereka berharap tren positif ini bisa bertahan lebih lama, seiring dengan kebijakan pemerintah yang berupaya menjaga keseimbangan pasar.

Jika tren kenaikan harga gabah berlanjut, bukan hanya kesejahteraan petani yang terangkat, tetapi juga keberlangsungan usaha penggilingan padi dan ketersediaan beras nasional bisa tetap terjaga.

Keseimbangan antara harga gabah di tingkat petani, harga beras di pasar, dan kemampuan konsumen membeli beras menjadi tantangan utama yang perlu diatur dengan bijak. Selama semua pihak bisa menjaga stabilitas ini, maka petani, pengusaha, dan masyarakat luas akan sama-sama diuntungkan.

Kabar baik dari Jombang ini sekaligus menjadi bukti bahwa harga gabah bisa bangkit kembali setelah sempat merosot. Dengan dukungan kebijakan yang tepat dan kondisi panen yang baik, peluang kesejahteraan petani semakin terbuka. Optimisme yang terpancar dari para petani menjadi modal kuat bagi keberlanjutan pertanian di daerah ini.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index