Bisnis

Bisnis Ritel Tetap Tumbuh Meski Diterpa Tantangan Ekonomi: Adaptasi Digital Jadi Kunci

Bisnis Ritel Tetap Tumbuh Meski Diterpa Tantangan Ekonomi: Adaptasi Digital Jadi Kunci
Bisnis Ritel Tetap Tumbuh Meski Diterpa Tantangan Ekonomi: Adaptasi Digital Jadi Kunci

JAKARTA - Di tengah tekanan ekonomi global dan tantangan daya beli masyarakat, sektor ritel nasional justru menunjukkan performa yang relatif tangguh. Meskipun menghadapi kondisi sulit akibat inflasi, pelemahan nilai tukar, hingga perubahan perilaku konsumen pascapandemi, pelaku bisnis ritel tetap berhasil mencatatkan pertumbuhan yang positif di sepanjang kuartal pertama 2025.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), kinerja industri ritel nasional mengalami pertumbuhan sebesar 5,6 persen secara tahunan (year-on-year) hingga Maret 2025. Angka ini mengindikasikan bahwa sektor ritel masih memiliki potensi besar untuk terus bertumbuh meski di tengah tantangan ekonomi.

Ketua Umum APRINDO Roy Nicholas Mandey menyebutkan bahwa pertumbuhan tersebut didorong oleh kombinasi dari inovasi digital, strategi promosi yang agresif, serta pergeseran fokus konsumen ke produk kebutuhan pokok dan gaya hidup yang lebih hemat.

“Kami melihat pelaku ritel mulai melakukan penyesuaian yang cukup progresif, terutama dalam hal digitalisasi dan diversifikasi produk. Ini menjadi strategi utama untuk bertahan dan tetap relevan di tengah situasi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih,” ujar Roy.

Digitalisasi Jadi Andalan Pelaku Ritel

Pandemi COVID-19 yang melanda beberapa tahun terakhir meninggalkan jejak transformasi yang mendalam pada perilaku belanja masyarakat. Konsumen kini lebih memilih berbelanja secara daring (online), terutama untuk produk-produk kebutuhan harian dan fesyen.

Menanggapi tren tersebut, banyak pelaku ritel memperkuat kehadiran mereka di platform e-commerce dan kanal digital lainnya. Beberapa jaringan ritel besar bahkan mulai mengintegrasikan layanan omnichannel, yaitu menggabungkan kanal belanja offline dan online dalam satu sistem yang terhubung.

Salah satu contohnya adalah PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) yang mengelola Hypermart, Foodmart, dan Boston. Perusahaan ini melaporkan peningkatan transaksi online hingga 30 persen dibanding tahun sebelumnya, berkat penguatan fitur pemesanan melalui aplikasi dan pengiriman instan.

“Kami menyadari bahwa konsumen saat ini menuntut kenyamanan dan kecepatan. Maka dari itu, strategi digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan,” kata CEO MPPA, Elliot Dickson, dalam keterangannya.

Fokus pada Produk Kebutuhan Pokok dan Harga Terjangkau

Selain digitalisasi, pelaku ritel juga mulai mengalihkan fokus mereka dari produk-produk non-esensial ke barang kebutuhan sehari-hari yang lebih stabil secara permintaan. Hal ini sejalan dengan perubahan pola konsumsi masyarakat yang cenderung menahan pengeluaran untuk barang-barang tersier seperti elektronik, perhiasan, atau produk mewah.

Produk seperti sembako, alat kebersihan, produk kesehatan, dan makanan cepat saji menjadi kategori yang paling dicari oleh konsumen dalam beberapa bulan terakhir.

“Berdasarkan riset pasar internal kami, konsumen Indonesia kini lebih sensitif terhadap harga. Mereka cenderung mencari produk berkualitas dengan harga terjangkau. Ini membuka peluang bagi ritel untuk menawarkan produk private label yang memiliki margin lebih baik,” kata Roy Nicholas Mandey.

Private label sendiri merupakan merek dagang milik ritel yang biasanya dijual lebih murah dibandingkan produk bermerek nasional. Strategi ini mulai banyak diterapkan oleh jaringan supermarket besar seperti Alfamart, Indomaret, dan Superindo.

Optimisme Sambut Momen Ramadan dan Lebaran

Meski menghadapi tekanan global, pelaku industri ritel tetap optimistis terhadap potensi lonjakan penjualan menjelang dan selama bulan Ramadan serta Idulfitri 1446 H. Tradisi belanja masyarakat menjelang hari raya menjadi momen strategis yang dimanfaatkan ritel untuk meningkatkan omzet.

APRINDO memperkirakan lonjakan transaksi ritel akan meningkat antara 15–20 persen selama periode Ramadan dan Lebaran dibandingkan bulan sebelumnya. Kategori produk yang paling banyak dicari meliputi makanan dan minuman, pakaian muslim, perlengkapan ibadah, serta parcel Lebaran.

“Ramadan selalu menjadi musim belanja tertinggi di Indonesia. Ini menjadi peluang bagi pelaku ritel untuk meningkatkan revenue sekaligus memperkenalkan produk-produk baru,” tambah Roy.

Untuk menyambut musim belanja tersebut, berbagai jaringan ritel telah menyiapkan strategi promosi khusus, seperti diskon bundling, voucher belanja, program loyalti, hingga kampanye media sosial yang ditargetkan ke generasi milenial dan Gen Z.

Tantangan Tetap Ada: Biaya Operasional dan Persaingan Harga

Meski mencatat pertumbuhan, sektor ritel tetap menghadapi tantangan serius, terutama dalam aspek biaya operasional yang terus meningkat, seperti tarif listrik, biaya logistik, dan upah minimum. Ditambah lagi, persaingan harga yang ketat antar pelaku ritel seringkali memaksa margin keuntungan ditekan seminimal mungkin.

“Margin keuntungan ritel kini makin tipis. Karena itu, efisiensi operasional menjadi fokus utama. Kami mendorong anggota untuk memanfaatkan teknologi dalam manajemen inventori dan logistik,” jelas Roy.

Ia juga menyebutkan bahwa pihaknya sedang berdiskusi dengan pemerintah untuk mendapatkan insentif fiskal dan kemudahan perizinan guna meringankan beban pelaku usaha ritel.

Pengamat: Adaptasi Cepat Jadi Faktor Kunci

Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Dr. Bhima Yudhistira, menilai pertumbuhan sektor ritel yang positif di tengah tekanan menunjukkan kemampuan adaptasi yang luar biasa dari pelaku industri.

“Sektor ritel adalah barometer nyata dari dinamika konsumsi masyarakat. Jika bisa tumbuh dalam kondisi sulit seperti saat ini, artinya ada efisiensi dan inovasi yang benar-benar diterapkan,” ungkap Bhima kepada media.

Ia juga mengingatkan agar pelaku ritel tidak hanya fokus pada aspek penjualan, tetapi juga membangun loyalitas konsumen melalui layanan pelanggan yang baik, pengalaman belanja yang menyenangkan, serta kepercayaan terhadap produk.

Dengan kombinasi strategi digitalisasi, efisiensi operasional, fokus pada produk esensial, serta kesiapan menghadapi musim belanja Ramadan dan Lebaran, sektor ritel nasional terbukti mampu bertahan dan bahkan mencetak pertumbuhan di tengah tekanan ekonomi.

Dukungan dari pemerintah, penguatan infrastruktur digital, serta sinergi antar pelaku industri dinilai sebagai elemen penting untuk mempertahankan tren positif ini di masa mendatang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index